Medan, 28 September 2024 – Homeschooling Bu Emil baru saja menggelar  webinar series pertamanya dengan tema “Meningkatkan Pencapaian ABK melalui Pemberdayaan Orang Tua dan Masyarakat” judul di series-1 ini adalah “Tumbuhkan Minat Belajar Anak Berkebutuhan Khusus melalui Karya Kreativitas.” Acara ini bertujuan sebagai ajang diskusi dan bertukar informasi dari sudut pandangan yang terlibat dengan ABK mulai dari  yang  orang tua, praktisi psikologi, terapis dan tutor pendamping  anak berkebutuhan khusus, kegiatan ini dihadiri oleh 11 peserta dengan penuh antusiasme.

Webinar ini menghadirkan dua narasumber yakni, Ibu Emilya Ginting, M.Psi., Psikolog. Ibu Emilya merupakan seorang psikolog rumah sakit sejak tahun 2012 sekaligus dikenal sebagai pendiri Yayasan Khasanah Bunda Emily. Selain itu, Ibu Desy Mayasari Harahap, S.Psi., seorang praktisi homeschooling dan terapis anak ABK yang aktif di  Homeschooling Bu Emil.

Acara dimulai dari paparan Ibu Desy, dalam  topik “Strategi Efektif dalam Pengembangan Motorik Halus Anak Berkebutuhan Khusus.” Dalam sesi ini, disampaikan mengenai berbagai kegiatan yang merangsang sensor motor halus ABK  dengan tujuan merangsang keterampilan menggunakan jari-jari tangan mereka, seperti menggenggam, menjepit, menekan,  menarik dan melipat. Ibu Desy menjelaskan bahwa kegiatan sederhana ini dapat memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar anak dan mudah diperoleh  di rumah, sehingga orang tua mudah untuk menerapkannya dalam keseharian. Beliau juga memberikan contoh kegiatan kreatif, seperti membuat kerajinan tangan menggunakan kertas warna, diorama,  building block 3 dimensi,  yang tidak saja  menyenangkan saat mengerjakannya  tetapi juga bermanfaat dalam mengembangkan keterampilan  anak.

Selanjutnya, Ibu Emily Ginting melanjutkan diskusi dengan topik “Membebaskan Kreativitas pada Anak Berkebutuhan Khusus.” Dalam sesi ini, ia menekankan bahwa label “disabilitas” bukan berarti anak tidak memiliki hak untuk belajar dengan cara menyenangkan, bukan berarti anak mengalami ketidakmampuan dalam seluruh aspek kompetensinya. Ia menekankan bahwa memberikan kebebasan kepada anak untuk terlibat dalam kegiatan berkreasi yang menggunakan seluruh modalitas yang dimiliki anak, ruang seni menyediakan sarana komunikasi alternatif bagi anak yang mengalami kesulitan verbal, menyalurkan rasa cemas dan stres dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif, mendorong aak untuk berpikir kritis dan pengembagan strategi penyelesaikan masalah, dan meningkatkan rasa mampu diri yang mempengaruhi “citra diri” positif pada pribadi yang percaya diri. Selain itu, kebebasan dalam kreatifitas orang tua dapat menemukan gaya belajar anak yang unik, apakah atensi belajarnya lebih dominan visual, auditori atau kinestetik. Adapun bentuk gaya ini akan sangat tergantung pada kegiatan program yang disiapkan oleh orang tua, Contohnya kreatifitas yang berhubungan dengan seni dan kerajinan seperti menggambar, menulis, dst.  Musik dan Gerakan, bercerita dan drama serta ekplorasi sensorik. Kegiatan ini dapat menstimulasi ekpresi diri anak ABK, membebaskan dirinya berimajinasi dan memvalidasi “rasa bangga” pada diri mampu menyelesaikan sebuah hasil dari kreatifitas. 

Ia juga membahas berbagai tantangan yang mungkin dihadapi orang tua dalam memberikan kebebasan tersebut, serta memberikan tips untuk mengatasi tantangan pengendalian dalam persiapan kegiatan membebaskan anak. 

“Setiap karya kreatif yang dirancang bukan hanya dinilai dari sekadar hasil akhir, tetapi juga memeperhatika bagaimana proses saat anak menghasilkan karya yang penuh makna dalam pengembangan diri anak berkebutuhan khusus. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana prosesnya, karena setiap langkah merupakan pencapaian bagi anak,” ungkap Ibu Emily dengan penuh semangat. Pernyataan ini menjadi pengingat bagi orang tua bahwa proses belajar dan berkreasi adalah bagian penting dari perkembangan anak.

Kegiatan webinar series ini dilakukan secara berkelanjutan dalam bentuk forum diskusi yang bermanfaat bagi orang tua dan pengajar di Homeschooling Bu Emil. Diharapkan, dengan adanya acara seperti ini, orang tua akan mendapatkan lebih banyak metode dan strategi yang dapat diterapkan dalam mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Dengan semangat kolaborasi dan saling berbagi pengetahuan, diharapkan Homeschooling Bu Emil dapat terus menjadi pusat pengembangan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan orang tua mereka, menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.