Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78, Badan Kepegawaian Negara (BKN) Ragional VI Sumatera Utara, Himpunan Psikologi Indonesia wilayah Sumatera Utara dan Yayasan Khasanah Bunda Emily (YKBE) saling berkontribusi untuk meraih kesejahteraan psikologis masyarakat untuk generasi Emas-45 dengan melaksanakan kegiatan pelatihan The Power of Self Hypnosis Batch-1. Kegiatan yang berlangsung di ruangan Poppy Soeparmi Regional VI kantor BKN kota Medan pada Sabtu, 10 Agustus 2024 ini berhasil menyentuh hati 50 peserta, baik remaja maupun dewasa.
Kegiatan ini menghadirkan para psikolog dan hypnotherapis, yang memberikan kesadaran dan pemahaman mendalam tentang pentingnya penerimaan diri dan penyembuhan luka batin (inner child). Melalui teknik-teknik hypnosis, peserta diajak untuk menemukan apa, siapa dan bagaimana diri dalam proses menemukan identitas diri, keunikan diri, dan menjali proses menemukan makna tentang diri dalam balutan masa lalu yang mungkin saja pernah mengalami luka atau peristiwa yang menimbulkan ketakutan, kecemasan dan stres. Menmukan kedamaian dalam diri jauh dalam kesadaran personal dan kolektif sehingga merasakan penemuan selama proses itu sebuah nilai-nilai baru yang dapat menghantarkan diri menjadi lebih lapang untuk menerima segala situasi di masa lalu, saat ini dan ketidakjelasan tentang masa depan, tentunya untuk untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. Pelatihan ini tidak saja memaparkan informasi, namun juga menyajikan berbagai teknik melalui pendekatan hypnosis yaitu sebuah teknik yang memberikan sugesti (saran) yang bersifat "urgent", "sekarang", dan "saat ini juga" tentunya . Salah satu narasumber dalam pelatihan ini yaitu Emilya Ginting, S.PSi., M.Psi., Psikolog menyatakan pentingnya menerima diri untuk menemukan kualitas diri.
“Masa depan merupakan sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang memerlukan pengenalan pada diri, tujuan diri dan proses mencapai yang menjadi perjalanan usaha untuk menemukan. Bagaiman luka-luka bantin selama perjalanan hidup yang sudah berlalu memberi warna dalam kehidupan saat ini, terkadang membuat ketidakpastian tentang masa depan menjadi kita terus terpuruk dalam luka-luka itu, melandaskan keputusan berdasarkan luka-luka itu. Sehingga, proses penerimaan diri bukan ingin menyingkirkan luka-luka masa lalu melainkan mengenalinya dan menerimanya dalam usaha menemukan keunikan diri kita sehingga membangkitkan diri menjadi lebih nyaman dengan situasi diri saat ini dan berfokus mencapai makna untuk bekal masa depan.” yang dipandu oleh Sr. Kristina Dakhi, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Banyak peserta yang turut serta mengikuti pelatihan dan merasakan bagaimana praktek langsung dari pemaparan materi oleh narasumber. Banyak peserta yang mengeskpresikan dirinya menjadi lebih rileks dan santai walaupun ada beberapa yang mengalami rilis emosi sedih dan bahagia dengan menangis saat sesi hypnotherapy tersebut.
“Pada sesi pertama saya merasakan agak kehilangan atau tersadar lagi atau kurang rileks yaitu fase trance yang tidak mendalam kesadaran kembali ke gelombang beta, namun di sesi kedua, saya mampu membawa diri saya hingga bisa merasakan kedamaian yang disebutkan yaitu kembali ke gelombang alfa dan theta yaitu gelombang ketidaksadaran atau dipenuhi oleh afeksi emosi. saat peserta diminta untuk mengukur intensitas emosinya, seperti yang dituturkan oleh narasumber, saya mempunyai kira-kira skor yang saya rasakan saat ini perasaan amarah dan kecewa dari intensitas skor pada angka 10 lalu menurun menjadi intensitas skor menjadi 2 setelah sesi pemberian teknik forgiveness therapi" tutur saudara R (55) yang menjadi salah satu peserta pada pelatihan ini.
Tentunya, kegiatan pelatihan ini berhasil merangkul diri para peserta saat itu dan luka batin (inner child) yang mereka miliki dimasa yang lalu tanpa membongkar pengalaman-pengalaman pahit yang mereka alami. Kegiatan ini akan berlanjut pada batch ke-2 yang akan diselenggarakan pada momentum hari kesehatan mental sedunia 10 Oktober, nantikan beritanya di IG childrenfamily.id.
0 Komentar